Apabila dilihat
berbagai literatur manajemen, akan ditemukan beberapa pendekatan dalam pemikiran
manajemen, yaitu:
1.
Pendekatan tingkah laku
2.
Pendekatan kuantitatif
3.
Pendekatan proses
4.
Pendekatan sistem, dan
5.
Pendekatan kontijensi (peluang)
Pendekatan
Tingkah Laku
Pendekatan ini
didasarkan pada teori bahwa manajemen berarti pencapaian tujuan dengan bantuan
orang lain, maka mempelajari manajemen harus dipusatkan pada hubungan antara
orang. Kadang-kadang juga disebut penelaahan “human factor approach” (Liem Tjeng Bie) atau “behavior science approach”.
Pendekatan ini
merupakan perkembangan dari penerapan ilmu-ilmu tentang perilaku dan ilmu jiwa
sosial pada manajemen. Menurut pendekatan ini, titik fokus tindakan manajerial
adalah perilaku manusia. Apa yang dicapai, bagaimana mencapainya dan mengapa
dapat dicapai dipandang ada kaitannya dengan dampaknya dan pengaruhnya terhadap
manusia. Individu dianggap sebagai mahluk sosio-psikologis. Dengan demikian,
yang diper-soalkan dalam pendekatan tingkah laku ini antara lain: hubungan
manusiawi, motivasi, kepemimpinan, latihan dan komunikasi. Pendekatan perilaku
menyatakan “manajemen tidaklah melakukannya: justru manajemen menyebabkan orang
lain melakukannya”.
Pendekatan
tingkah laku memberikan sumbangan pikiran yang penting antara lain: penggunaan
“partisipasi” dan cara-cara dalam menghadapi pertentangan yang timbul akibat
perbedaan pendapat, serta penekanan pengaruh lingkungan dan pengaruh
irasionalitas terhadap perilaku.
Pendekatan
Kuantitatif
Pendekatan
kuantitatif dikenal juga sebagai pendekatan matematis. Di dalam studi manajemen,
pendekatan ini menitik beratkan peranan pemakaian data angka, matematika, dan
statistik dalam membantu manajemen dalam memecahkan persoalan-persoalan yang
dihadapinya. Karena itu, studi manajemen diberi label penelitian operasi (operations research) atau ilmu manajemen
(management science).
Pendekatan
kuantitatif terhadap manajemen titik berat terletak pada optimalisasi atau minimalisasi
usaha dengan penggunaan model-model matematika, statistik, ekonometri, dan lain-lain
sangatlah besar. Suatu jawaban yang diperoleh dengan sendirinya perlu
ditafsirkan dan kebijaksanaan dapat digariskan berdasarkan hasil
perhitungan-perhitungan yang diperoleh. Pemanfaatan komputer mempercepat
perhitungan-perhitungan tersebut sehingga manajemen dapat segera menyelesaikan
soal-soal yang dihadapinya.
Pendekatan
Proses
Pendekatan
manajemen dalam hal ini menganggap manajemen sebagai suatu proses aktivitas
yang terdiri dari berbagai sub-aktivitas yang masing-masing merupakan fungsi
fundamental manajemen. Menurut Terry sub-aktivitas tersebut meliputi: perencanaan,
pengorganisasian, peng-gerakan, dan pengawasan. Keempat sub-aktivitas tersebut
merupakan fungsi fundamental manajemen yang berkaitan erat satu sama lain:
suatu fungsi tidak seluruhnya terhenti sebelum fungsi berikutnya dimulai. Dalam
keadaan saling pengaruh keempat fungsi fundamental manajemen itu sama-sama
membentuk proses manajemen merupakan suatu sirkulasi berkelanjutan yang tak
berujung.
Pendekatan
Sistem
Sesuai dengan namanya, pendekatan ini memandang
manajemen sebagai suatu sistem. Pengertian sistem dapat dirumuskan sebagai
suatu totalitas himpunan bagian-bagian yang satu sama lain berinteraksi dan
bersama-sama beroperasi mencapai suatu tujuan tertentu di dalam suatu
lingkungan. Bagian-bagian atau subsistem-subsistem tersebut merupakan
kompleksitas tersebut, tetapi dalam kebersamaan mencapai suatu tujuan itu,
berlangsung secara harmonis dalam keteraturan yang pasti.
Suatu sistem terdiri dari “input”, “proses transpormasi”, dan “output” yang merupakan suatu totalitas, yang digerakkan oleh
sistem-sistem yang lebih kecil yang dinamakan subsistem tadi, dan tidak lepas
dari kaitannya dengan sistem yang lebih kecil yang dinamakan subsistem tadi,
dan tidak lepas dari kaitannya dengan sistem yang lebih luas.
Sebuah organisasi,
misalnya perusahaan, adalah sebuah sistem yang meliputi bagian-bagian yang
bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu, intern dengan berbagai
aktivitas (planning, organizing,
actuating, controlling) dan pemanfaatan sarana bersangkutan (man, money, material, machines, maket,
methods dan information = 6 M + 1 I), ekstern berkaitan dengan elemen
lingkungan sebagai perangsang input dan
penerima out-put mereka. Lingkungan
ini, oleh Lubis dan Huseini (1987) seperti: industri, bahan baku , tenaga kerja, keuangan, pasar,
teknologi, kondisi ekonomi, pemerintah, dan kebudayaan. Oleh Pamuji (1989)
meliputi faktor pisik alamiah – trigatra yaitu lokasi dan posisi geografi,
iklim dan kekayaan alam, serta kemampuan penduduk. Faktor sosial pancagatra yaitu Ideologi,
politik, ekonomi, sosial budaya, dan hukum. Untuk lebih jelasnya manajemen
sebagai suatu sistem dapat dilihat pada gambar 2.3
Pendekatan Kontijensi (Berdasarkan
keadaan/Peluang)
Pendekatan kontijensi (contingency approach)
disebut juga dengan pendekatan situasional (situational
approach) Pendekatan ini termasuk pendekatan yang relatif baru muncul yang berpendapat
bahwa tidak ada resep yang terbaik untuk mengatasi
masalah tertentu
dan menekankan. pentingnya relevansi tindakan
manajerial dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam lingkungan. Dengan
demikian, menurut pendekatan ini, manajemen dipandang harus sesuai dengan lingkungan, pemecahan masalah
yang terbaik adalah menyelesaikan dengan situasi/kontijensinya.
Manajemen berdasarkan kontijensi banyak
digunakan dalam manajemen kemiliteran yang menyusun rencana untuk berbagai
macam kondisi yang diasumsikan
akan terjadi. Dalam kondisi tertentu rencana
tertentu yang akan dilaksanakan tetapi apabila kondisinya berbeda akan
digunakan rencana yang lain pula.
Pendekatan ini berpendapat bahwa tindakan apa
pun yang dilakukan manajer, misalnya berkomunikasi, akan dipengaruhi oleh
faktor-faktor yang timbul dalam situasi secara keseluruhan. Karena sifatnya
itulah maka keberhasilan dalam manajemen tergantung pada tindakan-tindakan yang
sesuai dengan faktor-faktor yang mungkin terjadi dalam lingkungan.
No comments:
Post a Comment