Salah satu sebab
keterlambatan perkembangan manajemen sebagai ilmu disebabkan adanya perbedaan
pandangan terhadap status manajemen. Ada
sekelompok orang yang memandang hanya sebagai seni. Bukan sesuatu yang dibuat
melainkan dilahirkan, sehingga manajemen sebagai seni merupakan bakat seseorang
sejak ia dilahirkan.
Di pihak lain ada sekelompok orang yang berpendapat bahwa
manajemen merupakan suatu ilmu, sehingga seseorang dapat menjadi
manajer/pemimpin yang baik setelah memperoleh pendidikan manajemen. Lebih
lanjut dalam pengembangannya terdapat gejala bahwa manajemen akan menjadi suatu
kegiatan profesi.
Supaya tidak mudah terjerumus, perlu segera memihak pada
suatu pandangan dengan mengetahui lebih dulu setiap yang dimaksud. Menjadi
pertanyaan dalam hal ini, apa yang dimaksud suatu ilmu dan seni manajemen?
Dapatkah manajemen dikatakan suatu profesi?
Sebagai jawaban atas pertanyaan tersebut, masing-masing
uraiannya dapat dilihat pada berikut ini.
1.
Manajemen sebagai Ilmu
Ilmu adalah suatu
pengetahuan yang teratur dari hal-hal pekerjaan hukum sebab dan akibat,
sehingga menjadi tabiat ilmu, yaitu mencari keterangan tentang kedudukan suatu
hal atau masalah yang berhubungan dengan sebab dan akibatnya. Pengetahuan tidak
selamanya dapat digolong-kan ilmu sebab ada pengetahuan atau pengetahuan saja.
Di pihak lain, ada pengetahuan yang diperoleh dengan jalan keterangan dan
inilah yang disebut ilmu. Pengetahuan barulah merupakan tangga pertama bagi
ilmu untuk mencari keterangan lebih lanjut. Karena itu Muhammad Hatta
mengemukakan suatu pendapat bahwa seorang memperoleh pengetahuan tentang
sesuatu masalah dengan jalan keterangan untuk menyusun pikiran guna mengetahui
sebab kejadian dan akibatnya di saat itulah terjadi ilmu pengetahuan.
Pengalaman baru menjadi pengetahuan ilmu, apabila pengetahuan itu disertai
dengan pengertian tentang pekerjaan hukum kausal pada masalah yang dialami itu.
Masalah menimbulkan pertanyaan bagaimana duduknya dan sebabnya. Kalau manajemen
adalah suatu ilmu sebab kalau diteliti lebih lanjut timbulnya ilmu manajemen
dalam sejarah adalah disebabkan adanya pemborosan-pemborosan baik tenaga kerja,
waktu maupun materi dan biaya di dalam setiap pekerjaan dalam suatu usaha.
Di samping alasan di atas, manajemen termasuk sebagai ilmu
karena memenuhi syarat-syarat sebagai ilmu yaitu:
a.
Tersusun secara sistematis dan teratur
b.
Objektif rasional sehinga dapat dipelajari
c.
Menggunakan metode Ilmiah
d.
Mempunyai prinsip-prinsip tertentu
e.
Dapat dijadikan suatu teori
Tersusun secara sistematis
dan teratur, manajemen memiliki serangkaian tahap kegiatan fungsi secara
berkaitan mulai dari menentukan sasaran sampai berakhirnya sasaran atau
tercapainya tujuan. Dalam hal ini, beberapa pakar mengklasifikasikan dengan berlainan
pendapat, namun pada hakikatnya meliputi: perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan, dan pengawasan.
Mengenai objek manajemen, yaitu: apa yang menjadi sasaran atau
kajian penyelidikan manajemen. Sebagai objek adalah “manusia” itu sendiri.
Tetapi bukan manusia pada umumnya melainkan manusia dalam usaha kerja sama.
Sebagai usaha kerja sama itu tidak bisa dengan dirinya sendiri akan tetapi
melalui orang lain. Jadi objek manajemen adalah manusia dalam hal ini cara
memanfaatkan orang-orang untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan di sini adalah
tujuan yang hendak dicapainya sesuai dengan bidang kegiatannya, sepertinya:
bidang keuangan, bidang pema-saran, bidang perkantoran, bidang akuntansi dan
semacamnya.
Menggunakan metode ilmiah, seperti halnya dengan bidang lain
yang menggunakan metode deduksi dan induksi. Melakukan metode deduksi yaitu
metode yang bersifat rasional bersumber dari rasio atau akal pikiran. Melakukan
penyelidikan dengan bertitik tolak pada pengetahuan umum untuk sampai kepada
pengetahuan khusus yang baru. Pengetahuan umum ini bisa berupa konsep atau
teori mengenai sesuatu. Di dalam manjemen sesungguhnya perencanaan, motivasi
adalah suatu teori umum, sedangkan pengorganisasian, penggerakan, dan
pengawasan merupakan teori khusu. Dari teori umum (perencanaan dan motivasi)
inilah manajemen bertitik tolak melaksanakan kegiatan secara sistematis,
efektif dan efisien menurut teori-teori khusus sebagai pedoman. Cara
menggunakan orang sesungguhnya bertumpu pada perencanaan dan teori-teori
motivasi dan sebagainya. Sedangkan
metode induktif yaitu bersifat empirik, bersumber dari pengalaman konkrit.
Melakukan penyelidikan dengan bertitik tolak dari pengetahuan khusus untuk
sampai pada pengetahuan umum. Di dalam manajemen sesungguhnya pengalaman
praktis dalam pengorganisasian, penggerakan, pengawasan dan lain-lain
sebenarnya merupakan in-put dalam
membuat perencanaan yang bersifat umum.
Mempunyai prinsip-prinsip tertentu,
pendapat Fayol yang menge-mukakan 14 prinsip organisasi yang sekarang ini telah
menjadi prinsip manajemen merupakan sumbangan yang cukup besar melahirkan mana-jemen
sebagai suatu ilmu pengetahuan.
Dapat dijadikan suatu teori. Di sini teori manajemen tidak
diragukan lagi karena sudah dipelajari dan dikembangkan melalui lembaga
pendidikan dan pelatihan dengan manajemen merupakan salah satu mata pelajaran
yang dicantumkan dalam kurikulum bahkan terdapat jurusan yang disebut dengan
jurusan “manajemen”
Mnajemen sebagai suatu ilmu pengetahuan, jika dikaitkan
dengan klasifikasi ilmu, maka manajemen tergolong ke dalam ilmu-ilmu sosial,
bagian dari ilmu administrasi dan merupakan ilmu terapan (applied science) karena kemanfaatannya hanya ada apabila diterapkan
untuk meningkatkan peri kehidupan manusia. Untuk lebih jelsnya, lihat gambar
2.1
2.
Manajemen sebagai Seni
Kalau ilmu
memusatkan perhatian pada suatu objek tertentu sehingga ilmu bersifat memilih.
Lain halnya dengan seni, menurut Mohammad Hatta seni memperhatikan keindahan,
mencari harmoni (persatuan) dalam alam. Ilmu mengajarkan untuk mengetahui sesuatu,
sedang seni mengajarkan bagaimana melakukan sesuatu. Dalam kamus Webster’s New Collegiate Dictionary,
perkataan art (seni) berasal dari
bahasa latin yaitu “artus” yang
berarti:
a.
Daya cipta yang timbul dari dalam untuk mewujudkan
sesuatu
b.
Kemahiran yang diperoleh dari pengalaman.
Kalau
manajemen dihubungkan dengan pengertian seni di atas maka manajemen dapat juga
digolongkan sebagai seni, sebab jauh sebelum ilmu manajemen timbul, dalam
sejarah ternyata bahwa tujuan suatu golongan masyarakat dapat tercapai,
sehingga manajemen dalam arti art
(seni) sudah dimulai sejak manusia
bermasyarakat, mengingat setiap masyarakat walaupun sangat sederhana, memerlukan manajer
dan pengurusan. Dalam kontes ini manajemen sebagai
seni berarti kemahiran dalam mengurus
sesuatu
yang dikombinasikan dengan daya cipta, sehingga tujuan yang telah
ditetapkan dapat tercapai.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen
mencakup keduanya, baik sebagai ilmu maupun sebagai seni. Berarti juga, supaya
seseorang dapat menjadi manajer atau pemimpin yang baik, di samping harus
memiliki pengetahuan tentang ilmu manajemen, juga harus memiliki seni
manajemen.
Pengembangan
seni manajemen yang dimiliki, dapat dilakukan melalui studi, observasi dan
praktek. Seorang manajer yang baik, merupakan seorang artis dan ahli ilmu
pengetahuan. Ia harus dapat memberi inspirasi, memuji, mengajar, merangsang
orang-orang lain, baik yang berbakat maupun yang tidak, bekerja sebagai
kesatuan dan melaksanakan usaha sebaik-baiknya ke arah tujuan yang diharapkan.
Hal tersebut tidak dapat dicarikan dalam suatu rumus melainkan didasarkan pada
perasaan, naluri dan ilham. Kalau diadakan perbandingan antara manajemen
sebagai ilmu dan manajemen sebagai seni, dapat dilihat pada tabel: 2.1
3.
Manajemen sebagai Kegiatan Profesi
Pada uraian terdahulu telah
dijelaskan bahwa manajemen selain merupakan suatu seni, juga sekaligus
merupakan suatu ilmu, tetapi apakah ia juga merupakan suatu profesi?
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996) disebutkan profesi
adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan,
kejuruan dsb.) tertentu.
Pigor (1950), juga Hunderson (1980),
maupun Pollet (1959) dalam definisi mereka menyatakan bahwa:
Tabel: 2.1
Perbandingan antara manajemen sebagai ilmu dan seni
(Terry,
1962)
Manajemen sebagai ilmu
|
|
a.
advanced
by knowledge (mem-peroleh kemajuan melalui pe-ngetahuan)
b.
proces
(membuktikan)
c.
predicts
(meramalkan)
d.
defines
(merumuskan)
e.
measures (mengukur)
|
a.
advanced by
practice (mem-peroleh kemajuan melalui praktek)
b.
feels (merasakan)
c.
guesses (mengira-ngira)
d.
mescribes
(menguraikan)
e.
opines (memberi
pendapat)
|
a.
Suatu
jabatan, supaya dapat disebut suatu profesi, maka jabatan itu harus berdasarkan
pada suatu wadah ilmu pengetahuan yang sistimatis dan pelaksanaannya menuntut
kecerdasan dan keahlian guna pemecahan berbagai masalah yang sulit.
b.
Suatu
profesi, menuntut waktu yang lama untuk persiapan spesialisasi dan berdasarkan
pada suatu latar belakang pendidikan yang luas
c.
Suatu
profesi, selalu membukakan kesempatan dan menyediakan waktu bagi
anggota-anggotanya untuk mengikuti latihan-latihan guna peningkatan dan
penyegaran pengetahuan mereka. Latihan-latihan itu bersifat terus menerus.
d.
Suatu
profesi menghendaki penelitian dan penyelidikan secara ilmiah, berkelanjutan.
Karena itu, nyatalah bahwa manajemen mempunyai
sifat profesi. Pertama, sudah
dijelaskan bahwa manajemen adalah suatu ilmu yang sudah tidak diragukan lagi
karena sudah dipelajari, dikembangkan melalui lembaga pendidikan dan pelatihan
untuk memperoleh pengetahuan khusus yang dibutuhkan dan kecakapan untuk
mempergunakan kemampuan manajer yang kompeten.
Kedua, pengetahuan khusus dan kecakapan yang
dibutuhkan, manajemen dipakai untuk “memerintah, membimbing dan menasehati
lainnya” meskipun dapat dilakukan oleh kebanyakan manjer dan para ahli teori
manajemen tidak dapat diterapkan secara utuh pada semua situasi, pedoman-pedoman
tertentu memiliki tingkat reabilitas yang cukup tinggi. Misalnya pedoman
sederhana mengenai tingkah laku yang berbunyi “pujilah didepan umum dan
keritiklah secara pribadi”, umumnya sangat berhasil, walaupun kadang-kadang
tidak demikian halnya.
Ketiga, manajemen berarti memajukan tiap
pekerjaan sedemikian sehingga ia berhasil mencapai kedudukan tertinggi untuk
kecakapannya bukan karena favoritisme atau faktor lain yang sama sekali tidak
berkaitan dengan jabatan yang dipangkunya. Sayangnya ada juga sejumlah manajer
yang memperoleh posisi kemanajeran mereka karena hubungan mereka dengan
orang-orang penting tertentu atau karena faktor-faktor yang sama sekali tidak
berkaitan dengan pekerjaan mereka. Di samping itu tidak ada standaar obyektif
yang disepakati bersama yang dapat digunakan untuk menilai kinerja manajer.
Karena kompleksitasnya faktor-faktor yang berkaitan dengan pekerjaan manajer,
maka adalah lebih sulit untuk menilai manajer dibanding menilai misalnya: guru,
bidan, polisi, dan profesi lainnya.
Akhirnya, para profesional pula dituntut oleh
suatu kode etik yang harus ditaati sepenuhnya, yang melindungi klien mereka.
Karena profesional memang ahli dalam suatu bidang tertentu, para klien sangat
tergantung pada mereka dan sebagai akibatnya, para profesional berada pada
posisi yang sangat renta.
Manajemen adalah sebuah profesi, tetapi menurut
kriteria yang lain, tidak demikian sekarang ini dapat dilihat berbagai indikasi
yang menunjukkan bahwa manajemen, sedang mengarah pada kecenderungan
meningkatnya profesionalisme baik dalam dunia bisnis maupun pada organisasi
perusahaan, organisasi non profit/nirlaba. Nampaknya, tekanan sosial yang
berlangsung sekarang dapat mengundang munculnya kesadaran akan timbulnya
standard etik yang baku. Perkembangan pendidikan formal di dalam
sekolah-sekolah manajemen dan program pengembangan eksekutif akan menyebar
luaskan suatu kumpulan pengetahuan dan mengajarkan keterampilan yang merupakan
tanda resmi bagi profesional.
No comments:
Post a Comment