Powered By Blogger

October 2, 2013

SARANA PEMBUATAN PUTUSAN KELOMPOK


Pembuatan putusan atau manajer yang bergaya kepemimpinan demokratis, lebih banyak putusannya merupakan pembuatan putusan bersama. Karena mereka yang melaksanakan pembuatan putusan nanti,  turut  memutuskan, ikut menyumbangkan pikiran. Dengan demikian mereka bertanggung jawab secara bersama-sama.
Sehubungan dengan itu, Effendy (opcit) menyebutkan ada dua sarana pembuatan putusan bagi manajer dalam rangka membawa serta orang lain dalam mengambil putusan, yaitu: melakukan rapat (meeting) dan curah saran (brainstorming). Dan sebagian sarjana (Salusu, opcit) yang menam-bahkan dengan teknik Delphi.

1.      Rapat (meeting)

Rapat, dalam kamus mempunyai beberapa pengertian, tetapi dalam hal ini diartikan sebagai sidang, majelis atau pertemuan untuk membi-carakan sesuatu yang melahirkan keputusan.
Dalam organisasi, rapat bisa bertaraf rapat manajer/direksi (board meeting) atau rapat pegawai (committees meetings of workmen). Rapat mana yang akan diselenggarakan tergantung pada besar kecilnya masalah yang akan dipecahkan. Sudah tentu masalah yang di bawa ke rapat manajer adalah masalah yang sifatnya manajerial yang menyangkut kebijaksanaan manajer.
Bukan tidak mungkin, keputusan yang telah dihasilkan di bawa ke rapat pegawai untuk memutuskan pelaksanaan keputusan yang dihasilkan rapat manajer tadi. Jadi rapat adalah salah satu sarana terpenting dalam membuat putusan, dapat pula dikatakan bahwa ada keuntungan-keuntungan tertentu yang dapat dipetik dalam dan melalui rapat tersebut:
Keuntungan yang dapat diperoleh dari rapat itu, yakni:
a.       Masalah yang akan dipecahkan akan menjadi lebih jelas, karena dikupas dalam forum terbuka
b.      Pertukaran pengetahuan dan pengalaman di antara para peserta rapat akan dapat menghasilkan cara pemecahan masalah yang lebih mantap.
c.       Akan timbul lebih banya alternative, sehingga dapat dipilih salah satu yang paling kecil risikonya.
d.      Akan dapat ditanamkan rasa keterlibatan (sense of belonging) di antara para pegawai, sehingga akan menumbuhkan rasa tanggung jawab yang lebih besar.
e.       Akan dapat dikembangkan jiwa demokrasi, karena para peserta rapat terlatih untuk menerima pendapat orang lain seraya harus bersedia melaksanakannya, lepas dari setuju atau tidak setuju.
Meskipun rapat banyak manfaatnya, namun seringkali tidak me-muaskan, disebabkan:
a.       Penyelengaraan rapat tidak dipersiapkan, sehingga kelangsungannya tidak lancar dan hasilnya tidak sebagaimana yang diharapkan.
b.      Rapat diadakan terlalu mendadak, sehingga orang-orang yang diharap-kan hadir, terlalu banyak yang tidak datang.
c.       Suasana rapat diliputi emosi dan menonjolkan pribadi sehingga tujuan pribadi diboncengkan pada tujuan organisasi.
Berdasarkan hal tersebut di atas, rapat perlu diorganisasi dengan matang dengan pentahapan sebagai berikut:
Pertama. Persiapan, meliputi kegiatan sebagai berikut:
a.       merumuskan masalah yang akan di bawa ke rapat
b.      menentukan orang-orang yang akan diminta menjadi peserta rapat
c.       menetapkan tempat dan waktu pelaksanaan
d.      menyusun agenda (kalau perlu kertas kerja)
e.       membuat surat undangan
f.       membuat daftar hadir
g.      menyediakan “alat pandang dengar (audio visual aids), kalau diperlukan seperti: papan tulis, bagan, overhead projector, slide projector, film projector, sound system, dan sebagainya.
h.      menunjuk notulis.
Kedua. Pelaksanaan, meliputi kegiatan seperti berikut:
a.       Mempersiapkan para peserta rapat mengisi daftar hadir
b.      Membuka rapat, diteruskan dengan pemberitahuan siapa-siapa yang tidak hadir, dan pembacaan agenda rapat.
c.       Mamanfatkan tujuan rapat
d.      Mempersilahkan peserta rapat memberikan tanggapan
e.       Memelihara berlangsungnya pembahasan masalah, sehingga teratur dan tertib.
f.       Membacakan simpulan, dilanjutkan dengan penutupan rapat.
Ketiga. Penilaian, antara lain:
a.       Menginstruksikan kepada notulis untk menyusun secara sistematis dan memperbanyak hasil kerjanya
b.      Mengkaji hasil pengetikan notulis
c.       Mentranspormasikan kesimpulan rapat ke dalam bentuk surat keputusan atau instruksi, surat edaran, atau bentuk-bentuk lainnya sesuai dengan isi, urgensi, situasi, dan kondisi.
d.      Memasukkan semua hasil rapat dalam map atau ordner untuk diarsipkan.
Siagian (1977) mengemukakan bahwa rapat dapat diadakan apabila:
a.       Para peserta sebagai suatu kelompok memiliki pengetahuan dan pengalaman, melalui hubungan mereka dengan situasi yang sama di masa lalu, untuk memecahkan sesuatu masalah, pengetahuan dan pengalaman mana tidak mungkin dimanfaatkan melalui saluran adminis-trasi yang biasa;
b.      Bahan pembicaraan rapat adalah sedemikian rupa sifatnya sehingga bahan tersebut memerlukan sumbangan  fikiran dari para peserta secara simultan agar supaya sumbangan itu dapat dihubungkan dan digunakan untuk memcahkan masalah yang dihadapi. Atau, jika pengetahuan teknis para peserta itu sebagai keseluruhan diperlukan untuk memecahkan masalah;
c.       Rapat diadakan jika tidak terdapat cukup waktu untuk memcahkan masalah yang dihadapi melalui saluran administrasi yang biasa;
d.      Rapat diadakan apabila benar-benar dirasakan perlu untuk menjelaskan sesuatu kepada para peserta rapat (echelon manajer) agar supaya mereka mengetahui dengan tepat peranan apa yang diharapkan untuk mereka mainkan, bilamana peranan itu akan dimainkan dan bagaimana cara peranan itu akan dimainkan sehinga cocok dengan pola kegiatan di dalam seluruh organisasi;
e.       Materi yang akan dibicarakan bersifat rahasia yang tidak tepat jika disalurkan melalui saluran administrasi biasa yang bersifat terbuka; dengan perkataan lain, rapat dapat diadakan jika yang terlibat terbatas pada kelompok manajer.
Kelima hal yang dikemukakan oleh Siagian menunjukkan bahwa dalam suatu organiasi rapat memang mutlak diadakan. Hanya saja cara, waktu, dan prosedur meng-adakannya memerlukan pemikiran yang matang dari manajer organisasi.
Dalam hubungan ini dapat ditambahkan bahwa rapat dapat dilaksanakan dengan berbagai bentuk, seperti: rapat paripurna, yaitu suatu rapat yang dihadiri oleh semua unsur manajer dalam organisasi; dewan, yaitu suatu bentuk badan di dalam organisasi yang bersifat tetap (permanent) yang dibentuk karena kebutuhan yang kontinu terhadap badan yang demikian itu terasa ada;  panitia, yaitu suatu badan yang terdiri dari beberapa orang yang keanggotaannya di dalam panitia didasarkan kepada jabatan fungsional, dus bersifat ex officio, atau oleh karena keahlian, pengetahuan khusus dan pengalaman yang diperlukan oleh panitia; badan ad hoc dan/atau “task force” yaitu suatu bentuk badan sementara yang dibentuk untuk memecahkan masalah masalah khusus yang pada umumnya bersifat mendesak.
Perlu pula ditambahkan bahwa ada petunjuk yang umum dipandang sebagai pedoman yang baik, yaitu bahwa organisasi yang ditata dengan baik akan memerlukan sedikit dewan, panitia dan team ad hoc yang mesti dibentuk, berarti manajer organisasi kurang mempunyai kemampuan untuk menggerakkan echelon bawahan untuk melaksanakan tugas pokok masing-masing. Dengan perkataan lain, fungsionalisasi kurang berjalan di dalam organisasi.
Selanjutnya, rapat apapun juga dalam suatu organisasi harus ada yang memimpin dengan kewenangan si pemimpin yang berpartisipasi sesuai dengan formal atau tidak formalnya rapat. Sejauh mana kewenangannya itu tergantung pada tujuan yang akan dicapai. Yang penting ialah bahwa kalau ia menginginkan gagasan-gagasan, ia harus menciptakan suasana permisif (permissive atmosphere), yaitu suasana yang memberikan keleluasaan kepada para pegawai eselon rendahan untuk berbicara secara bebas.
Siagian (ibid) mengemukakan bahwa seorang pemimpin rapat yang baik adalah yang memiliki keterampilan berikut:
a.       Ia harus seorang yang aktif, mampu memberikan bimbingan dan tegas. Sikap seperti itu sangat diperlukan untuk mencegah pembicaraan dalam rapat yang menyimpang dari agenda dan waktu yang telah ditentukan. Perlu disadari bahwa untuk melakukan tindakan pencegahan seperti ini bukanlah merupakan hal yang mudah karena pencegahan itu harus dilakukan tanpa menyakiti perasaan orang/fihak yang mempunyai kecenderungan untuk menyimpang dari agenda yang telah ditentukan.
b.      Ia harus diterima oleh para peserta rapat sebagai pemimpin, baik karena kemampuannya dan pengetahuannya tentang tugas pokok organisasi, maupun karena kemampuannya memelihara hubungan yang baik dengan orang lain.
c.       Jika dia menjadi anggota peserta rapat, dus berbicara bukan karena pemimpin rapat, jika berbicara maka  bicaralah dengan jelas dan “to the point”. Artinya seorang pemimpin rapat jika berbicara harus pula “to the point” dan tidak boleh mendominasi pembicaraan. Jika sampai pemimpin rapat mendominasi pembicaraan dalam rapat, yang terjadi bukan lagi rapat, melainkan sauatu “monopologne
d.      Ia harus mempunyai integritas. Artinya, di samping kemauan dan kerelaan untuk membicarakan sebanyak mungkin kesempatan berbicara kepada orang lain, pemimpin rapat perlu mempunyai pendirian yang tetap, konsekuen dalam setiap apa yang dikatakannya dan tidak mudah terombang-ambing oleh suasana sekelilingnya.
e.       Ia mempunyai keterampilan yang tinggi serta sistematis dalam memecahkan masalah dan memimpin diskusi.

2.      Sumban Saran (brainstorming

Curah saran atau brainstorming adalah suatu cara untuk mendapat-kan banyak gagasan dari sekelompok orang dalam waktu yang sangat singkat. Golberg & Larso dalam Effendy (ibid) mengemukakan  a procedure for encouraging creativity in discussion groups by eliminating or reducing those  factors that in hibit the formulation an expression of new and creative ideas (curah saran merupakan tata cara untuk menggalakkan atau mengu-rangi faktor-faktor yang merintangi pengekspresian gagasan-gagasan yang baru dan kreatif)
Lebih tegas lagi apa yang dikatakan oleh Freeley dalam Effendy (ibid) bahwa curah saran adalah untuk menciptakan suatu situasi yang menggalakkan jalan pintas dalam proses logis dan untuk memproduksikan sejumlah besar gagasan dalam waktu singkat.
Dari pengertian tersebut jelas bahwa curah saran juga merupakan pertemuan untuk mendapatkan input dalam membuatl putusan, tetapi bukan rapat pemimpin/manajer atau rapat pegawai seperti biasa dijumpai dalam suatu organisasi, melainkan lebih tepat dikatakan diskusi kelompok, sebab di situ para peserta bukan saja diberikan kebebasan, melainkan digalakkan untuk mengemukakan gagasannya. Dari gagasan-gagasan yang diusahakan sebanyak-banyaknya itu, diambil satu yang terbaik, dalam arti kata mengan-dung kelayakan untuk dilaksanakan seraya risikonya paling kecil guna memecahkan suatu masalah yang diketengahkan dalam pertemuan itu.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan curah saran ini, yaitu:
a.       Para peserta duduk mengelilingi meja dengan jumlah tidak lebih dari 15 orang. Jika lebih banyak orang yang dapat diikut-sertakan, sebaiknya dibagi menjadi kelompok kecil.
b.      Suasana diciptakan sedemikian rupa sehingga tidak formal para peserta dalam keadaan tidak kaku serta mempunyai kebebasan untuk mengemu-kakan pendapat.
c.       Karena tujuan curah saran adalah untuk menampung gagasan-gagasan sebanyak-banyaknya dalam waktu sesingkat-singkatnya untuk meme-cahkan suatu masalah, maka waktu yang ditetapkan tidak lebih dari satu jam.
d.      Pemrakarsa curah saran mengumumkan kepada para peserta masalah yang akan dipecahkan begitu pertemuan dimulai atau beberapa waktu sebelumnya.
e.       Curah saran akan berhasil apabila peserta hampir sama derajatnya (rank) dan fungsinya. Percampuran orang-orang yang sangat berbeda fungsinya akan menyebabkan tidak tercapainya tujuan yang diharapkan.
f.       Diskusi dalam curah saran sengaja tidak menggunakan pola tertentu: karena itu sifatnya tidak resmi. Dalam diskusi dilakukan teknik “efek picu senapan” (trigger effect), artinya sekali sebuah gagasan diketengah-kan – apakah gagasan itu buruk atau tidak relevan – akan memotivasikan munculnya gagasa yang lebih baik.
g.      Para peserta digalakkan untuk berpartisipasi: dalam hal ini suasana akrab dan tidak resmi banyak membantu. Para peserta bukan saja dapat memberikan gagasan asli. Juga dapat merubah atau mengembangkan gagasan orang lain.
h.      Selama diskusi, penilaian atau kritik apapun tidak dibenarkan, sebab kritik akan mematikan semangat berpartisipasi. Sipemrakarsa curah saran harus menekan setiap kritik seraya berusaha agar setiap peserta bebas menyumbangkan gagasannya.
i.        Semua gagasan, termasuk yang sekilas tampak tidak bernilai, dituangkan dalam bentuk tulisan. Berbagai cara dapat ditempuh, antara lain menun-juk dua atau tiga orang untuk menuliskan setiap gagasan pada papan tulis begitu gagasan dilontarkan: menggunakan juru steno; membuat “pohon gagasan” (ide tree), yaitu semacam sebongkah kayu yang ditaro  diatas meja tempat para peserta melekatkan kertas yang bertulisan gagasannya dengan perekat; atau meletakkan sebuah keranjang di atas meja untuk menampung lembaran kertas berisikan gagasan para peserta; peranti rekaman kaset, dan lain-lain.
j.        Begitu curah saran selesai dan semua gagasan dihimpun dalam bentuk yang mudah diperiksa, maka kegiatan meningkat pada tahap penilaian secara menyeluruh. Himpunan gagasan tersebut lalu diserahkan kepada sekelompok penyusun kebijaksanaan (policy makers) atau perorangan yang bertanggung jawab atas pembuatan putusan (decision making).

3.      Teknik Delphi (Delphi Technique)

Teknik Delphi (Delphi technique) adalah teknik Pengambilan putusan dengan peran serta anggota kelompok, tidak dalam bentuk tatap muka, tetapi dalam memperoleh ide masukan dengan menggunakan kuesio-ner, ide tertulis. Teknik Delphi sering kali dipakai pada tingkat manajemen puncak yang biasanya tidak mempunyai cukup waktu untuk bertemu satu dengan yang lain. Dan sangat tepat dalam pengambilan putusan pada situasi konflik karena tidak berdebat langsung antara yang komplik. Untuk dapat melaksanakan teknik ini dengan sukses, perlu menempuh langkah-langkah sebagai berikut:
a.       Para pembuat putusan memulai proses Delphi dengan mengiden-tifikasikan isu dan masalah pokok yang hendak diselesaikan.
b.      Kemudian kuesioner dibuat dan para peserta teknik Delphi, para ahli, mulai dipilih.
c.       Kuesioner yang telah dibuat dikirim kepada para ahli, baik di dalam organisasi maupun luar organisasi, yang dianggap mengetahui dan menguasai dengan baik permasalahan yang dihadapi
d.      Para ahli diminta untuk mengisi kuesioner yang dikirim, menghasilkan ide dan alternatif solusi penyelesaian masalah, serta mengirimkan kembali kuesioner kepada manajer kelompok, para pembuat putusan akhir
e.       Sebuah tim khusus dibentuk untuk merangkum seluruh respon yang muncul dan mengirimkan kembali hasil rangkuman kepada partisipan teknik ini
f.       Pada tahap ini, partisipan diminta untuk: menelaah ulang hasil rang-kuman, menetapkan skala prioritas atau memeringkat alternatif solusi yang dianggap terbaik dan mengembalikan seluruh hasil rangkuman beserta masukkan terakhir dalam periode waktu tertentu
g.      Proses ini kembali diulang sampai para pembuat putusan telah mendapatkan informasi yang dibutuhkan guna mencapai kesepakatan untuk menentukan satu alternatif solusi atau tindakan terbaik
Demikian beberapa cara pembuatan putusan yang dapat dipergu-nakan oleh seorang manajer manakala harus membuat putusan yang penting. Putusan penting akan merupakan informasi penting bagi manajemen, baik untuk tahap perencanaan penggiatan atau pun pengawasan. Penyampaian atau penyebaran informasi kepada khalayak, baik khalayak intern maupun khalayak ekstern, yang dilaksanakan dengan sistem yang mapan dan mantap, akan merupakan bentuk yang besar bagi lancarnya manajemen

No comments:

Post a Comment