Sumber dan Bahan Perencanaan
Abdulrachman (opcit), juga Sutardi dan Damini (opcit) mengemuka-kan
bahwa sumber perencanaan, yaitu:
a.
Kebijaksanaan/perintah dari badan/orang yang berhak membuatnya (policy making , bodies or management)
b.
Hasil pengawasan yang menimbulkan rencana
penyesuaian/perbaikan
c.
Kebutuhan yang mendatang/urgen, untuk mengatasi
persoalan itu
d.
Studi yang terus menerus (perpetual), yang menimbulkan penemuan-penemuan baru dan/atau
aplikasi dari penemuan itu
e.
Inisiatif dari dalam
(dari para pegawai)
f.
Inisiatif dari luar (masyarakat pers dan sebagainya).
Untuk
pembuatan rencana, bahan yang diperlukan adalah data/informasi dan prakiraan (forecasting). Data yang dimaksud adalah
data yang relevan atau yang diperlukan. Ranupandojo (1990) mengemukakan data
yang relevan adalah data yang berkaitan erat dengan permasalahan yang akan
dipecahkan. Contoh data yang relevan tersebut misalnya: dalam merencanakan
jumlah penjualan tekstil. Data yang tidak perlu dikumpulkan adalah data tentang
kecelakaan, atau data tentang luas dan dalamnya lauatan, karena data ini tidak
relevan dengan rencana penjualan tekstil. Mengenai data yang diperlukan itu
data intern dan data ekstern dimana data intern adalah data yang diperoleh
dalam lingkungan organisasi dan menyangkut organisasinya sendiri. Data ekstern
adalah data yang diperoleh dari luar
lingkungan organisasinya, tetapi penting untuk perencanaan. Data ekstern ini
pun masih perlu dibedakan antara data primer dan data sekunder. Data primer
adalah data pokok yang diperoleh biasanya dari sumber primer. Data sekunder
merupakan data yang sifatnya melengkapi data primer, sehingga lengkaplah data
yang dibutuhkan sebagai bahan dalam pembuatan rencana. Data-data tersebut dapat
diperolehnya melalui pengamatan (observasi), wawancara (interview), swtudi
perpustakaan dan dokumentasi
Selanjutnya
Ibnu Syamsi (1994) mengemukakan bahan prakiraan itu sendiri dibedakan:
a. Proyeksi (Projection), yaitu prakiraan yang mendasarkan diri pada
analisis deret berkala (time series) untuk kemudian dapat diprakirakan arah
kecenderungannya. Garis arah kecenderungannya ini merupakan garis trend, yang
dapat digunakan untuk rencana kegiatan yang akan dating. Sebagai contoh, hasil
yang diperoleh BPD dari bula ke bulan itu di data, kemudian dianalisis untuk
mengetahui kecenderungannya, apakah cenderung naik, tetap atau bahkan menurun.
Kalau menurun, kemudian diprediksi apa yang meneyebabkan turun, apa kira-kira
akibatnya. Ini merupakan “warming system”
untuk banting stir mengantisipasinya sehingga trendnya jadi menaik.
b. Prediksi (Prediction), yaitu prakiraan yang medasarkan diri pada hubungan
sebab-akibat. Dalam memprakirakan kemungkinan apa yang dapat terjadi itu perlu
dicari kira-kira apa penyebabnya, dan kira-kira
apa akibatnya. Prakiraan yang berupa preddiksi ini berlaku misalnya pada
meningkatnya kenakalan remaja. Harus dicari apa sebabnya kenakalan remaja itu
meningkat, apa akibatnya kalau hal itu ddibiarkan saja.
c. Konjeksi (Conjecture), yaitu prakiraan yang semata-mata berdasarkan diri
pada perasaan (intuisi belaka). Jelas itu tidak dilmiah, tetapi juga tidak
berarti tidak bermanfaat. Orang yang ‘oleh rasanya’ tinggi dapat memprakirakan
apa yang bakal terjadi melalui firasatnya. Ini terbukti ampuhnya ramalan
Joyoboyo dan Ronggowarsito. Mungkin!juga paranormal yang betul-betul
berkualitas tinggi
2.
Langkah-langkah dalam Membuat Perencanaan
Walaupun proses perencanaan dalam prakteknya jervariasi, ada
perencanaan besar dan ada purencanaan kecil, namun terdapat teknik-teknik dan prinsip-prinsip
yang biasanya mendapat perhatian dalam proses perencanaan itu.
a.
The Liang Gie (opcit) mengemukakan langkah-langkah
dalam membuat runcana sebagai beriku|:
1)
Rumuskan tujuan usaha kerja sama atau sasarannya secara
jelas
2)
Kumpulkan fakta yang diperlukan dengan melalui
penelitian atau secara lainnya, misalnya: tentang kebutuhan tenaga kerja,
biaya, alat perlengkapan dan fasilitas lainnya, termasuk faotor kemasyarakatan
3)
Gambarkan pekerjaan yang perlu dilakukan berikut
cara-caranya. Dalam hal!ini harus dilakukan analisis, penilaian dan pemilihan
yang tepat diantara pelbagai kemungkinan yang ada
4)
Laksanakan rencana tersebut.
b.
Atmosudirdjo (1975) mengemukakan langkah-langkah jalan
pikiran perencanaan adalah sebagai berikut:
1)
Jernihkan (klasifikasikan) dan rumuslah tujuan atau
objektif apa yang hendak dicapai
2)
Mengumpulkan data dan informasi yang
selengkap-lengkapnya
3)
Analisis dan klasifikasi data informasi tersebut
4)
Penentuan premis atau asumsi rencana
5)
Susunlah beberapa rencana alternatif
6)
Rumuslah harapan-harapan untuk tiap rencana, dan
pertegas tujuan-nya masing-masing
7)
Menentukan urutan (sequence)
8)
Mengadakan persiapan-persiapan untuk pengawasan
pelaksanaannya
c. H.
Siagian (1977) dengan pendekatan pada perusahaan mengemukakan ada enam langkah
atau tahap-tahap dalam menyusun perencanaan, yaitu:
1) Menetapkan
tujuan atau objectives. Tujuan
merupakan kunci penun-tun kemana semua kegiatan diarahkan. Adanya tujuan
memungkin-kan menentukan tugas yang harus dilakukan.
2) Sesudah
tujuan ditentukan, kemudian diikuti hypotesis mengenai apa yang mungkin terjadi
di kemudian hari.
Dilihat dari segi dapat atau tidaknya dikontrol hal-hal yang
terjadi dikemudian hari, hipotesis atau premis dibagi dalam tiga bagian yaitu:
a)
Non-controllable
premises yaitu hal-hal atau keadaan yang mau tidak mau harus diterima sebagai
suatu kenyataan yang tidak dapat dipengaruhi seperti: faktor pertambahan
penduduk, kea-daan politik dan sebagainya.
b)
Semi controllable
premises yaitu hal-hal yang sebagian dapat diawasi dan ditentukan
perusahaan seperti: kedudukan perusa-haan di pasar, efisiensi pekerja,
kebijaksanaan harga dari perusahaan.
c)
Controllable
premises yaitu hal-hal yang dapat diawasi dan ditentukan oleh perusahaan
seperti: perluasan pasar, pemilihan tempat kedudukan.
Dilihat dari segi sifatnya, hal-hal yang munfkin terjadi
dikemudian hari, hipotesis atau premis dibedakan dalam dua bagian, yaitu:
a)
External premi3es
atau hipotesis mdngenai hal-hal 9ang berbeda di luar lingkungan perusahaan
meliputi:
(1)
Genaral business
environment atau keadaan lingkungan se`erti keadaan politik, sosial
ekonomi, teknologi dan etik.
(2)
The product
market atau pasar produksi meliputi hal-hal yang mempengaruhi supply atau penawaran fakdor produksi
yang dibutuhkan meliputi: keadaan tanah, modal bahan mentah, sumber tenaga kerja
b) INternal premiqes atau hipotesis
terhadap hal-hal yang berada dalam lingkqngaj perusahaan, meliputi:
(1)
The sa,es
forecast atau ramalan penjualan yafg diharapkab. Menentujan besarnya
penjualan dapat dilakukan dengan elpat cara yait5:
(a)
The jury of
axecutive opinion methods yaitu metode menenpukan besarnya penjualaj
melalui tafsiran masing-mas)ng eksekutif dalam perusahaan
(b)
The sales forces
composite yaitu cara menentukan besar-nya peljualan berdararkan laporan
agen-agen di daerah-nya masing-masing untuk suatu masa tertentu
(c)
Esar’s
expectation met(ods yaitu metode eenentukan besabnya penjualan berdasarkan
ramalan tentang besar-nya pengeluaraf dari pembeli
(d)
Statistical
methods yaitu menejtukan besarnya penjualan berdasarkan data statistik yang
ada, dari dalamlya dapat ditentukan trend
atau kecenderungan `enjualan hari depan.
(2)
Hipotesis berkenaaj dengan besarnya investasi baik
dalam gddung maupun terhadap peralatan. Terutaea harus dipikir-kan bagaimana
pengembaliannya dan dari mana diperoleh dana untuk itu.
(3)
Hipotesis mengenai faktor persediaan, artinya apakah
bahan-bahan iang dibutuhkan dapat diperoleh dari perusahaan lain, atau harus
diusahakan sendiri.
1) Sesudah
hipotesis dipergleh, kemudian dicarikan bebebapa alternatif yang dapat
`ipergunakan untuk mencapai tqjuan yang ditentukan
2) Mengadakan
analisis terhadap masing-masing alternatif, untuk dapat mengedahui keuntungan
dan kerugial yang ada. Dalam memilih alternatif yang lebih mengtntungkan dapat
diperoleh melalui:
a)
experience atau pengalaman masa lalu
b)
experimentatiol atau
percobaan
c)
atas dasar riset yang kemudian diajalisis
Kalau h!l-hal y`ng `ihadapi dikemudaan hari dapat diselidiki
secara lengkap, dapat ditentukan secara kuantitatif, maka penentuan alter-jatif
xang dipakai agak lebih mqdah. Namun sering terjadi bahwa keterangan mejgenai apa yang akan terjadi tidak lengiap
dan sukar ditentukan secara kuantatatif. Alat dalam mencari alternatif dalam
situaqi seperti ini adalah:
a)
Teori kemungkinan (pbobability theory), yaitu suatu
teori berdasarkan data yang kurang lengkap diambil kesimpulan berdasarkan
pengalaman, bahwa hal-hal tertentu mungkin akan timbul sesuai dengan apa yang
diramalkan. Seperti: permainan rolet gantung, pada suatu saat dipasang angka
ganjil dan pada saat lain pilih angka genap
b)
Teori permainan (games
theory) yaitu suatu teori yang dipakai memecahkan suatu masalah untuk
mencapai hasil optimal, di mana seseorang dalam keadaan tertentu membuat suatu
taktik berdasarkan keyakinan, bahwa
dengan taktik tersebut ia akan memperoleh hasil terbaik atau kerugian minimal.
Seperti: permainan rolet biasa, di mana seseorang memasang dua pilihan, satu
pilihan mengambil kelompok ganjil kalau tepat hadiah satu kali modal, sedang
yang satu pilihan, diambil satu angka genap kalau kena hadiah seratus lima
puluh kali modal
c)
Teori menunggu giliran (waiting line theory), yaitu suatu teori dengan menggunakan
cara-cara matematis. Untuk mengurangi ongkos lebih baik menunggu lebih dulu,
daripada dikerjakan tetapi biaya mahal. Sambil menunggu pelaksanaan, perusahaan
memperbesar pemberian jasa-jasa atau service (layanan)
d)
Program linear (linear
programming) adalah suatu cara men-capai hasil kombinasi yang optimal dari
sumber-sumber yang terbatas. Cara ini didasarkan anggapan adanya perubahan pada
satu faktor, pengaruhnya terhadap faktor lain dapat ditentukan secara garis
lurus. Kalaupun ada perbedaan, batas perbedaan itu dapat ditentukan dengan
baik.
e)Teori tambal sulam (servo theory) yaitu cara pemilihan
alternatif, di mana informasi-informasi baru dimasukkan dan dipakai untuk
pembetulan penyimpangan-penyimpangan dalam alternatif yang sudah disusun.
3)
Menentukan dan memilih alternatif yang akan
dipergunakan. Dalam pemilihan ini, perlu diperhatikan:
a)
faktor tangible
yaitu faktor-faktor yang dapat dinyatakan secara kuantitatif, seperti: jumlah produksi,
jumlah jam kerja
b) faktor
intangible yaitu faktor yang tidak
dapat ditentukan secara kuantitatif, namun sangat penting dalam menyusun
perencanaan, misalnya: bagaimana mutu dan warna produk
4)
Sesudah alternatif dipilih, kemudian dilengkapi dengan
semua hal-hal yang diperlukan misalnya: melatih pegawai-pegawai, penem-patan
peralatan dan sebagainya sehingga dapat menjadi master plan atau rencana pokok
3.
Beberapa Siasat dalam Perencanaan
Agar perencanaan dapat dilaksanakan dengan efektif, harus
dima-sukkan beberapa pertimbangan dan penyesuaian dengan reaksi orang-orang
yang dipengaruhinya. Ini berhubungan dengan pemakaian siasat atau strategi
dalam perencanaan.
Istilah siasat dipakai di sini adalah strategi yaitu
pendekatan dan penerapan yang jitu dan logis dalam rencana, sehingga sedikit
saja kesu-karan yang timbul dari reaksi-reaksi manajer pekerja, saingan-saingan
atau masyarakat . Siasat di sini
tidak dipakai dalam arti suatu usaha
penipuan.
Siasat dalam
perencanaan itu banyak, dan yang mana harus dipakai tergantung dari situasi yang
khusus dihadapi. Oleh Atmosudirdjo (opcit) mengemukakan ada delapan
siasat dalam perencanaan, yaitu:
a.
Siasat infiltrasi
b.
Siasat mengalihkan perhatian
c.
Siasat tempa besi selagi panas
d.
Siasat menanam kekuatan
e.
Siasat kambing hitam
f.
Siasat gempa bumi
g.
Siasat cari kawan
h. Siasat devide et impera
Demikian
pula, L.C Sorret yang dikutip oleh G.R.Terry mengemuka-kan ada 10 (sepuluh) strategi
dalam perencanaan, yaitu:
a.
Camel’s head in
the tent (kepala unta dalam tenta)
b.
Sowing seed on fertile ground (menyamaikan benih pada
tanah yang subur)
c.
Mass-concentraded
offensive (menyerang konsentrasi massa/gerak cepat)
d.
Confuse the issu (mengalihkan
perhatian)
e.
Use strong
tactics only when necessary (gunakan taktik yang keras hanya apabila perlu)
f.
Pass the buck (cari
kambing hitam)
g.
Time is a great
healer (waktu suatu penyembuh yang besar)
h.
Strike while the
iron is hot (pukullah besi di waktu panas)
i.
Tho head’s are
better than one (dua kepala lebih baik daripada satu)
j.
Devide and rule (bagi-bagilah
dan kuasai)
Dari
kedua pendapat ahli tersebut di atas dapat dinyatakan ada 12 siasat dalam
perencanaan, dengan uraian sebagai berikut:
a. Siasat Infiltrasi. Ini sama dengan
strategi kepala unta dalam tenda, yaitu: dimaksudkan agar supaya rencana dapat
diterima, maka pengajuannya harus sedikit demi sedikit, yang penting
didahulukan, sedang yang lainnya diajukan kemudian. Mengingat jika dilakukan
sekaligus, kemungkinan besar rencana itu akan ditolak.
b. Siasat mengalihkan perhatian. Siasat
ini dimaksudkan untuk mengalihkan perhatian dengan jalan menggunakan pendekatan
yang tidak langsung menyinggung pokok persoalan. Mengingat apabila persoalan
pokoknya langsung disinggung, dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diharapkan,
sehinga menimbulkan kerugian terhadap keseluruhan rencana. Jadi di sini ada
penyimpangan terhadap tujuan pokok, sehingga perlu disampaikan dengan kata-kata
atau issu yaitu untuk memindahkan perhatian dari masalah pokok terhadap masalah
lain.
c. Siasat tempa besi selagi masih panas. Siasat
ini dimaksudkan mempergunakan kesempatan yang sabaik-baiknya. Setiap kesempatan
dan waktu yang baik tidak akan dating dua kali dalam waktu yang sama. Jika
rencana itu sedang hangat-hangatnya disambut oleh kelompok, maka segeralah
mulai dengan pelaksanaannya sampai selesai, jangan menunggu atau ragu-ragu hingga
suasananya tidak favourable lagi.
d. Siasat menanam kekuatan. Jika sesuatu
rencana mengandung resiko untuk ditolak suatu kelompok bilamana terus langsung
dikemukakan, maka dimulai dengan menggarap orang-orang yang diketahui atau
diduga keras sangat setuju dengan rencana tersebut. Adakanlah diskusi sehingga
dapat mengadakan koreksi seperlunya dan mereka yakin akan kebaikan atau
perlunya pelaksanaan rencana itu. Perluasan persetujuan atas rencana itu sampai
meliputi sebagian besar dari kelompok itu, terutama mereka yang langsung
bersangkutan, dapat menerimanya dengan penuh kepercayaan dan kesediaan.
e. Siasat kambing hitam. Siasat ini
dimaksudkan untuk melem-parkan tanggung jawab kepada pihak lain, sehingga yang
bersangkutan terlepas dari segala perbuatannya. Siasat ini, Terry menyebutnya
strategi mencari kambing hitam yaitu di mana yang seharusnya bertanggung jawab
adalah dia, tetapi dilemparkan kepada orang lain.
f. Siasat gempa bumi. Pelaksanaan sesuatu
rencana secara menyeluruh dan mendadak keseluruh bagian, sehingga orang-orang
tidak sempat menentang pelaksanaan perencanaan itu. Siasat ini oleh Terry
disebutnya sebagai strategiofensifkonsentrasi massa/gerak cepat. Siasat ini
dimaksudkan apabila rencana itu telah dapat diterima, maka jangan ditang-guhkan
lagi pelaksanaannya, melainkan harus dilakukan dengan gerak cepat. Mengingat
apabila ditangguhkan kemungkinan rencana itu tidak dapat dilaksanakan bertalian
perubahan kondisi dan situasi.
g. Siasat cari kawan. Kadang-kadang
sesuatu rencana itu mengenai sesuatu problem yang sebagian juga dihadapi oleh
para manajer lainnya. Jika dilaksanakannya sendiri, maka ada kemungkinan mereka
secara sadar atau tidak akan menimbulkan kesukaran-kesukaran. Oleh sebab itu
buat rencana itu menjadi joint plan (rencana
bersama) yang harus diterima dan dilaksanakan bersama dengan mebagi-bagi pula
kepuasan serta kehormatannya.
h.
Siasat devide et impera. Siasat ini
merupakan siasat gaya klasik yang digunakan oleh penguasa atau raja-raja sejak
zaman kuno yaitu dengan memecah belah atau membagi kelompok-kelompok yag lebih
kecil dan menguasainya, agar supaya kelompok itu menerima rencana yang diajukan
dari maksud yang dikandungnya.
i.
Menyamaikan
benih pada tanah yang subur. Siasat ini memberi petunjuk bahwa untuk
mengajukan suatu rencana, pilihlah orang-orang yang kiranya dapat menerima
rencana termaksud. Apabila rencana itu telah ada yang menerima, biarkanlah orang
itu untuk mempengaruhi kelompoknya, sehingga rencana itu dapat diterima oleh seluruh
anggota manajer. Siasat ini identik dengan yang dikemukakan oleh Atmosudirdjo
yaitu siasat cari kawan seperti yang disebutkan pada poin g.
j.
Gunakan teknik yang keras hanya apabila
perlu. Siasat ini
hanya digunakan apabila sangat diperlukan, sehingga di mana segala daya sudah
dilakukan tetapi tidak mencapai sasarannya. Oleh karena itu, strategi ‘taktik keras” ini jangan digunakan setiap
waktu, karena kalau demikian halnya akan mengurangi keampuhannya.
k. Waktu
suatu penyembuh yang besar. Siasat ini dimaksudkan untuk mendapatkan bantuan
dari waktu. Seperti diketahui waktu itu berjalan terus dengan segala
kejadiannya yang berganti-ganti. Oleh karena itu, tindakan yang dilakukan
tidak perlu tergesa-gesa , mengingat dengan jalan menunggu akan banyak tindakan
yang tidak perlu dilakukan lagi.
l.
Dua kepala lebih baik daripada satu. Siasat ini dimaksudkan untuk memperoleh pemikiran
dan perumusan yang terbaik, mengingat suatu persoalan akan dapat dipecahkan
dengan sempurna apabila terjadi pertukaran pikiran yang sebaik-baiknya di
antara para manajer yang berpengalaman dan berkeahlian. Jadi siasat ini
berpendapat bahwa lebih banyak yang terlibat memecahkan persoalannya lebih
bagus dan lebih sempurna ketimbang daripada sedikit atau sendirian
No comments:
Post a Comment